skip to main |
skip to sidebar
Hanya dengan sebuah harta karun berupa gelang Kristal
(Heba), dan tiga biji manik-manik yang dalam bahasa suku Sentani disebut dengan
Hawa, Hae dan Naro. Ondofolo (Kepala Suku) Walli bersama kerabatnya Hoboy,
membeli air di penguasa pegunungan Robonsolo (Sekarang Cycloop) bernama Dobonay
pada masa lalu, untuk meminta air bagi rakyatnya.
Ondoafi Wali dan Hoboi hidup di atas satu bukit yang disebut Yomokho di Kampung
Donday, Sentani. Di atas bukit ini tidak ada air sebagai sumber kehidupan, maka
Ondofolo bersama Hoboy naik ke Gunung Robonsolo untuk menghadap Dobonai,
penguasa air dengan membawa sejumlah harta karun untuk membeli air.
Cerita berawal ketika masa lalu terjadi bencana kekeringan yang melanda seluruh
daerah Sentani, dan berdampak pada kehidupan rakyat Sentani. Tak menunggu lama,
Ondofolo langsung mengajak Hoboy untuk pergi membeli air keabadian (air yang
tak pernah berhenti mengalir) kepada Dobonay di Gunung Robonsolo.
Air itupun dibeli dari Dobonay, yang pada saat itu pembayarannya dilakukan
kepada kedua anak Dobonay, yakni Bukunbulu dan Robonway. Meski sempat terjadi
kesalahan dalam pembayaran, tetapi saat itu permasalah tersebut dapat ditengahi
oleh Dobonay. Setelah mendapat air, Ondofolo Wali bersama kerabatnya pulang ke
rumah.
Sebelum pamit, Dobonay berpesan agar di perjalanan nanti, jika bertemu hewan
jangan diburu. Sebab, jika dilanggar, akan terjadi cobaan bagi mereka berdua.
Tetapi karena sifat manusia, aturan tersebut dilanggar, Ondofolo Wali dan Hoboi
melupakan pesan Dobonay, justru keduanya memburu seekor hewan yakni burung
Kasuari.
Sebuah tembakan anak panah dari Haboy berhasil mengenai sasaran, namun alangkah
kagetnya kedua manusia itu, sebab burung kasuari tersebut langsung menghilang
bersamaan dengan air keabadian yang dibawa oleh keduanya.
Bersamaan dengan peristiwa tersebut, datanglah sebuah air bah dan menghanyutkan
semua benda-benda yang berada disekitar tempat tersebut, dan selanjutnya air
bah itu membentuk telaga raksasa yang saat ini dikenal dengan Danau Sentani.
Kejadian ini harus dibayar mahal dengan tenggelamnya anak Ondofolo Wali. Namun
keteguhan dan rasa bertanggung jawab kepada rakyatnya, sang Ondofolopun sempaty
meratap berlama-lama atas kematian anaknya itu.
Namun, dirinya langsung mengajak seluruh rakyatnya untuk secara bersama-sama
menyampaikan ucapan syakur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa dengan pemberian telaga
raksasa yang terbentang dari Nolobu (Timur) Kampung Yokiwa hingga Waibu (Barat)
Kampung Doyo dan sekitarnya yang berada hingga saat ini.